Senin, 14 Mei 2012

[inti-net] Fasilitas Komunikasi Udara Belum Mumpuni

 


http://epaper.tempo.co/PUBLICATIONS/KT/KT/2012/05/13/ArticleHtmls/Fasilitas-Komunikasi-Udara-Belum-Mumpuni-13052012003012.shtml?Mode=0

Fasilitas Komunikasi Udara Belum Mumpuni
JAKARTA
"Ada yang jual, tapi Indonesia belum beli."

Jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 RA-36801 buatan Rusia memberi pelajaran bahwa banyak hal yang mesti diperbaiki dalam sistem penerbangan Indonesia. Anggota Komisi Perhubungan Dewan Perwakilan Rakyat, M. Arwani Thomafi, menyatakan salah satu yang memprihatinkan adalah belum canggihnya fasilitas menara pengatur lalu lintas udara atau air traffic control (ATC).
Kekurangan lain ada pada sumber daya manusia yang ditempatkan pada bagian ATC."Indonesia masih harus mengejar ketertinggalan dari negara lain dalam hal ini,"kata Arwani dalam diskusi "Tragedi Penerbangan Lagi"di Warung Daun, Cikini, Jakarta, kemarin.

Menurut dia, ATC Indonesia belum memberikan layanan navigasi optimal. Ia mencontohkan bandara Gorontalo, yang belum punya lift. Akibatnya, petugas ATC bandara itu ha rus naik tangga empat lantai untuk mencapai ruang kerjanya.Tentu, kata dia, ini mengganggu kinerja. Itulah sebabnya, ia mengusulkan agar segera dibentuk badan navigasi sesuai amanat Undang-Undang Tahun 2009 tentang Penerbangan. "Nantinya tak ada lagi istilah ATC kekurangan SDM dan peralatan,"kata dia.

Buruknya fasilitas ATC juga diungkapkan oleh pilot senior Garuda Indonesia, Jeffrey Adrian. Menurut dia, teknologi ATC Indonesia masih berstandar minimum. Ada alat yang belum dimiliki ATC bandara di Indonesia. Salah satunya, kata dia, alat yang bisa menunjukkan kondisi tempat pesawat ketika sedang terbang.

Menurut dia, alat ini bisa memperlancar komunikasi antara menara dan pilot."Ada yang jual, tapi Indonesia belum beli,"katanya.

Namun Jeffrey tidak mau menyatakan jatuhnya Sukhoi di Gunung Salak, Rabu lalu, akibat tidak adanya alat itu. Kecelakaan, menurut dia, bisa dihindari jika pilot menguasai medan. "Kalau peralatan canggihnya enggak ada, ya, diserahkan ke pilot," kata Jeffrey.

Namun ihwal buruknya sarana ATC ini dibantah oleh mantan General Manager Air Traffic Service (ATS) Weda Yuwana. Ia menyangkal anggapan bahwa sistem komunikasi udara di Indonesia tidak layak pakai.

"Itu tiga tahun lalu, mungkin. Sekarang sudah bagus dan tidak ada masalah," kata Weda kepada Tempo kemarin. Weda baru saja pensiun pada awal April lalu dan kini belum ada penggantinya.

Dia menjelaskan, saat ini, sistem pada Jakarta Automatic Air Transport System sudah diberlakukan secara berlapis."Jadi, sudah dijamin tidak akan ada masalah," katanya. Selain infrastruktur, Weda menjelaskan bahwa sumber daya manusia yang tersedia juga sudah memadai."Sudah ideal, kemarin juga baru ada penambahan personel," ujar Weda. Ia menyatakan, kondisi ideal adalah ketika satu orang staf ATC bisa melayani 14 sampai 15 pesawat dalam satu waktu.● ISMA SAVITRI | M. ANDI PERDANA | ELLIZA H | SUNUDYANTORO

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
Gabung di milis INTI-net, kirim email ke : inti-net-subscribe@yahoogroups.com

Kunjungi situs INTI-net   
http://groups.yahoo.com/group/inti-net

Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
http://tionghoanets.blogspot.com/

Tulisan ini direlay di beberapa Blog :
http://jakartametronews.blogspot.com/
http://jakartapost.blogspot.com
http://indonesiaupdates.blogspot.com

*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*

http://adv.justbeenpaid.com/?r=kQSQqbUGUh&p=jsstripler5
.

__,_._,___

ads

Ditulis Oleh : Gadget News and Reviews Hari: 01.27 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar