----- Original Message -----
From: ASAHAN
To: SASTRA PEMBEBASAN
Sent: Thursday, May 03, 2012 7:36 PM
Subject: Fw: [inti-net] Mengapa Koboy Palmerah Merasa Superior
Baru kemaren saya mengomentari tulisan Chappy Hakim yang menceritakan pengalamannya sebagai korban hukum rimba yang berazaskan siapa kuat dia akan selamat, siapa kuasa dia akan bahagia, siapa punya senjata dia akan jadi raja. Tapi Chappy Hakim masih beruntung karna dia bekas pilot, seorang Marsekal TNI purnawirawan yang bagaimanapun keadaannya yang sekarang dia masih mempunyai otot-otot sisa latiham militer di masa lalu, punya mental prajurit perang dan juga punya modal intelektuil tertentu sebagai bekas perwira tinggi.
Saya juga pernah dapat latihan dan pendidikan militer tapi di usia saya yang sekarang yang diambang usia tiga perempat abad, semua modal yang pernah ada sudah tidak bisa diandalkan, sudah kedaluwarsa, kena senggol sedikit saja pasti tersungkur, pencak silat sudah tidak ada gunanya sebagai modal hidup di negeri yang punya undang-undang hukum rimba seperti Indonesia sekarang ini. Singkat kata: saya takut berkunjung ke Indonesia...daaag!
Tapi orang-orang yang berhati emas tidak jemu-jemunya meneriakkan TEGAKKAN HUKUM! Ya, memang, hukum selalu tegak bagi mereka yang punya kuasa dan uang karena hukum dibuat untuk melindungi kaum berkuasa di semua tingkat dan untuk menindas semua kaum lemah dan seluruh rakyat jelata. Hukum demikian selalu tegak, tak perlu dihimbau agar lebih tegak lagi.
Rakyat Indonesia hidup dalam masyaraktat kapitalis, dikuasai oleh penguasa kapitalis borjuis yang sudah tentu hukum yang bisa berbunyi apapun dia akan selalu mengabdi kaum penguasa beserta seluruh pengabdinya dari yang paling bawah(para bajingan, koboi-koboi hingga tukang catut, pelaku pungli, mafia eceran dsb) hingga paling atas(golongan penguasa negara beserta para pengabdinya yang setia secara membuta).
Maka bertanyalah orang-orang yang berhati mulia: Apakah ini peradaban? yang maksudnya apakah mempraktekkan hukum rimba itu sebuah peradaban Indonesia? saya pikir itu bukan peradaban Indonesia meskipun realitas menunjukkan setiap hari, sepanjang tahun dan mungkin akan sepanjang abad, peradaban yang sekarang berlaklu di Indonesia adalah peradaban hukum rimba meskipun mungkin harus dikatakan hukum rimba moderen atau "hukum rimba yang beradab". Ah, apalah arti sebuah penamaan! Tapi tetap saja masih menimbulkan pertanyaan lain.
Umpamanya, mengapa sampai demikian, mengapa hukum rimba yang diberlakukan, sedangkan dalam Undang-Undan Dasar Republik Indonesia tidak terdapat isi maupun maksud untuk memberlakukan hukum rimba, bahkan semuanya baik-baik saja meskipun hampir semuanya dilanggar dan yang ditegakkan adalah hukum rimba. Saya pikir tentu ada akar sejarahnya. Atau apakah generasi Indonesia sekang punya IQ yang lebih rendah hingga juga punya peradaban yang juga rendah? Saya sendiri menjawabnya: YA!
IQ sesuatu bangsa bisa berubah tinggi atau menjadi rendah. Meskipun masaalah IQ masih diperdebatkan para ahli apakah itu bersifat genetik atau bersifat sosial. Saya sendiri cenderung bahwa IQ bersifat sosial, pengaruh lingkungan, meskipun para orang tua yang mempunyai IQ tinggi atau pintar biasanya akan melahirkan anak-anak yang juga ber IQ tinggi. Namun jauh daripada semuanya selalu begitu: anak-anak yang dungu bahkan cacad mental, juga lahir dari pasangan orang-orang tua yang ber -IQ tinggi dan sebaliknya orang-orang atau anak-anak yang punya bakat luar biasa hingga super bakat banyak sekali yang lahir dari pasangan orang tua yang biasa-biasa saja atau tidak tinggi IQ-nya.
Di sini faktor sosial atau lingkungan seseorang akan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya IQ seseorang.
Kembali pada IQ generasi Indonesia sekarang ini. Kita tahu dan bahkan dunia juga tahu, selama lebih dari tiga puluh tahun bangsa Indonesia ada dalam kekuasaan militer fasis suharto yang memerintah secara diktator yang bersifat feodal yang tidak memberi ruang demokrasi sekecil lubang jarum sekalipun. Kita kenal dengan politik pembodohan manusia di jaman suharto, kita kenal politik diskriminasi politik ( "politik bersih lingkungan") yang diciptakan suharto, kita kenal suharto sendiri sebagai raja korupsi kaliber dunia dan kita kenal budaya korupsi yang diturunkan suharto masih utuh dan bahkan berkembang hingga saat ini.
Dan ahirnya kita kenal penindasan politik, kebrutalan suharto sebagai kepala negara terhadap musuh-musuh politiknya, terhadap rakyat Indonesia, terhadap kaum komunis, terhadap kaum progressif lainnya yang tidak mendukung suharto. Semua itu sudah tentu membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa takut, bangsa nekad, banggsa amok, bangsa siapa lu siapa gua, bangsa "emangnye gue pikirin", bangsa anak baru gede(abg) yang ahirnya menjadi bangsa yang menurun IQ-nya atau punya IQ rendah: sedikit-sedikit cabut pestol, main pentung, tabrak lari, jambret, main golok, main belati.
Ingat pelajaran yang diberikan suharto pada bangsa ini: menjagal 3 juta nyawa manusia dengan cara pesta darah super sadis atau dikubur hidup-hidup ratusan manusia dalam satu lubang atau parit raksasa yang langssung diuruk dengan tanah. Sejarah kejam yang diwariskan oleh suharto itu tentu masih banyak membekas di otak anak bangsa ini yang telah ditanamkan selama lebih tiga puluh tahun oleh suharto bersama rezimnya dan juga penerusnya hingga dewasa ini .
Anak bangsa ini jadinya tidak suka dan juga tidak tahan berdebat atau bertengkar lebih dari lima menit yang lalu mereka diam dengan rasa dendam, dengan boikot, dengan provoksasi di belakang punggung, atau langsung cabut pisau, acungan pestol atau bogem mentah atau dengan semua yang bisa dijadikan senjata untuk menghancurkan lawannya.
Orang Indonesia tidak bisa lama-lama beradu argumentasi, berdebat atau bertengkar menggunakan otak dan pikiran karena IQ mereka yang merosot rendah, karena peninggalan sejarah masa lalunya yang tak kunjung berlalu itu.
Saya teringat akan masa studi saya di Uni Soviet pada tahun enam puluhan. Orang Rusia adalah bangsa yang paling suka bertengkar di dunia ini. Mereka bertengkar di mana saja, di jalan, dalam kendaraan, dalam rapat-rapat tentru saja, dan bahkan dalam pesta sekalipun. Kalau mereka bertengkar dalam trem atau bis, jika lawan tengkarnya keluar kendaraan karena sudah sampai di tujuan, maka pertengkaran akan dilanjutkan terus oleh penunpang lain yang secara suka rela melanjutkan estafet tengkar itu hingga mereka juga turun di tempat tujuan dan pertengkaran masih akan berlangsung entah hingga kapan .
Tapi satu hal: mereka tidak sampai berkelahi betapapun gawat dan sengitnya sebuah pertengkaran. Karna bila terjadi perkelahian, selalu saja ada yang akan memangil polisi dan polisi akan menghukum kedua belah pihak yang berkelahi tidak pandang siapa salah siapa benar.
Kalau toh mereka ingin berkelahi, mereka harus berunding menemukan tempat rahasia agar tidak diketahui oleh polisi dan itu sangat jarang terjadi. Selama lima tahun saya belajar di Moskow, belum sekalipun saya menemui orang Rusia berkelahi padahal hampir setiap hari saya mengitari kota Moskow.
Sebaliknya orang Belanda paling tidak suka bertengkar tapi sesungguhnya mereka paling pintar bertengkar, mereka beragumentasi selalu dengan logika dan siapa yang lebih rendah mutu logikanya, atau lemah argumentasinya dia akan kalah tapi juga mereka tidak berkelahi seperti juga orang Rusia. Kalau tidak sangat menguasai bahasa Belanda, lebih baik jangan bertengkar dengan orang Belanda. Tapi kalau kita punya alasan yang masuk akal, orang Belanda akan mudah menerimanya dan biasanya perselisihan pendapat akan cepat terselesaikan. Tapi kalau hanya ingin adu urat dengan cara bertengkar dengan orang Belanda, urat kita pasti akan duluan putus karena kalau diajak debat kusir, orang Belanda tidak ada tandinganya di dunia ini, mereka punya IQ debat yang tinggi dan mereka selalu punya persediaan kata yang tidak akan dimengerti oleh orang asing yang paling pintar sekalipun dalam menguasai bahasa Belanda. Apakah juga semua ini peradaban? atau menyangkut tinggi rendahnya sebuah peradaban sesuatu bangsa? Silahkan saja simpulkan masing-masing.
ASAHAN.
----- Original Message -----
From: Firdaus Juven MBA
To: inti-net@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, May 02, 2012 8:23 AM
Subject: [inti-net] Mengapa Koboy Palmerah Merasa Superior
Mengapa Koboy Palmerah Merasa Superior
TEMPO.CO - 7 jam yang lalu
Pengakuan Kapten A, Si 'Koboy Palmerah'
TEMPO.CO , Jakarta: Kriminolog Universitas Indonesia, Erlangga Masdiana, menganggap `Koboi Palmerah' berani unjuk gigi karena membawa beceng. Orang yang membawa senjata api, kata Erlangga, memiliki kecenderungan bersikap superior.
"Orang yang memiliki senjata kadang merasa hebat, memiliki power, dan otoritas," kata Erlangga ketika dihubungi Tempo, Selasa 1 Mei 2012.
Koboi Palmerah mendadak menjadi buah bibir ketika UnpluggedTheTV mengunggah video percekcokan dua pria di Jalan Palmerah Selatan, dekat halte Kompas. Kedua orang itu adalah lelaki berbaju biru, helm putih, dan vespa putih dengan pria berkemeja putih, celana panjang cokelat, serta mobil Toyota warna hijau tentara berpelat nomor TNI; 1394-00. Berjudul Koboy Palmerah, video itu diunggah pada 30 April 2012.
Dalam video terlihat sepucuk pistol pada tangan kanan lelaki berbaju putih dan tangan kirinya menggenggam benda semacam tongkat hitam. Di tengah-tengah percekcokan yang terekam selama dua menit itu, si baju putih berkali-kali memukul helm di kepala pria berkaos biru.
UnpluggedTheTV menuliskan catatan di bawah video bahwa lelaki baju putih menodongkan pistol ke wajah pengendara motor karena mobilnya terserempet. "Aparat sensi ini sempat mengeluarkan tembakan ke atas sebelum kemudian mengarahkan senjatanya ke wajah pengendara motor," tulis UnpluggedTheTV, 30 April 2012.
Menurut Erlangga, sikap otoriter karena membawa senjata api tidak hanya terjadi di masyarakat umum saja. Polisi atau anggota TNI juga bisa bersikap yang sama. "Karena itu ada tentara atau polisi yang menggunakan senjata tanpa prosedur," ujarnya.
Kepala Sub Dinas Penerangan Umum Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Kolonel Infanteri Zaenal Mutaqin mengakui sosok yang disebut berperilaku layaknya 'koboy' di Palmerah adalah anggotanya.
CORNILA DESYANA
Kunjungi situs INTI-net
http://groups.yahoo.com/group/inti-net
Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
http://tionghoanets.blogspot.com/
Tulisan ini direlay di beberapa Blog :
http://jakartametronews.blogspot.com/
http://jakartapost.blogspot.com
http://indonesiaupdates.blogspot.com
*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*
0 komentar:
Posting Komentar