Ref: BBM tidak lain dari pada istilah "Bikin Bingung Masyarakat"? Jadi
subsidinya pun harus menjadi landasan kebingungan masyarakat, agar selalu
berterimakasih serta jongkok dan puja puji kepada Penguasa terhadap apa
saja yang mereka sodorkan. Kalau tidak begitu mana bisa berkuasa tanpa
korupsi?.
http://epaper.tempo.co/PUBLICATIONS/KT/KT/2012/04/27/ArticleHtmls/Bingung-Mengatasi-Subsidi-BBM-27042012003001.shtml?Mode=0
Bingung Mengatasi Subsidi BBM
Pemerintah tampak kedodoran mengatasi subsidi bahan
bakar minyak yang kian membengkak.
Tiga cara menyelesaikan urusan ini--menaikkan harga BBM,
membatasi konsumsi minyak bersubsidi, dan memperbanyak penggunaan
gas--seolah membentur tembok. Kegagalan ini sebetulnya bisa dihindari bila
pemerintah serius mempersiapkan semua opsi.
Opsi pembatasan konsumsi BBM bersubsidi kini dibicarakan
lagi setelah Dewan Perwakilan Rakyat memberikan syarat yang berat untuk
menaikkan harga bensin. Tapi penghematan subsidi lewat jalur ini pun tidak
mudah karena sejak awal pemerintah memang tak menyiapkan mekanismenya.
Tidaklah mengherankan jika pemberlakuan kebijakan ini maju-mundur dan
membingungkan masyarakat.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik sempat
menyatakan pemerintah akan mengumumkan kebijakan tersebut pada 24 April
lalu dan mulai efektif pada 1 Mei ini. Jadi, ada waktu sekitar sepekan
untuk persiapan dan sosialisasi pembatasan BBM bersubsidi. Tapi belakangan
pemerintah berubah lagi. Menurut Menteri Perekonomian Hatta Rajasa,
pemerintah masih mendalami kebijakan ini.
Pemerintah berencana melarang penggunaan BBM bersubsidi
bagi mobil dengan kapasitas silinder mesin 1.500 cc ke atas. Hanya,
rencana ini terbentur masalah teknis. Soalnya, bisa saja sebagian
masyarakat menyiasati aturan itu. Terbetik pula rencana menggunakan stiker
untuk menandai mobil yang boleh atau tidak boleh mengkonsumsi BBM
bersubsidi. Namun cara ini juga belum tentu efektif.
Orang tentu tak habis pikir kenapa pemerintah begitu
lamban. Kita ingat, sebelum pemerintah mengusulkan kenaikan harga bahan
bakar minyak ke DPR, rencana pembatasan itu sudah dilempar ke publik.
Begitu pula rencana pengalihan penggunaan BBM ke gas. Kedua opsi ini
justru lebih sering disampaikan oleh pemerintah ketimbang opsi kenaikan
harga BBM. Bahkan, akhir tahun lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menegaskan bahwa pemerintah tak akan menaikkan harga bahan bakar minyak.
Hanya, pemerintah kemudian banting setir ke opsi
kenaikan harga BBM, cara yang memang lebih simpel. Usul ini amat rasional
karena subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh masyarakat yang memiliki
kendaraan bermotor. Tapi pemerintah gagal meyakinkan Dewan Perwakilan
Rakyat. Kenaikan harga BBM disetujui oleh DPR namun disertai syarat yang
berat, yakni kenaikan harga minyak mentah Indonesia ratarata 15 persen
dalam enam bulan dari harga minyak yang dipatok dalam anggaran negara.
Sampai kini syarat itu belum terpenuhi.
Masalahnya, harga minyak dunia yang tetap tinggi membuat
subsidi minyak terus membengkak.
Itu sebabnya, pemerintah kembali mengupayakan pembatasan
konsumsi BBM bersubsidi--rencana yang ternyata juga belum dipersiapkan
secara matang. Kelemahan para pejabat dalam menyiapkan kebijakan ini amat
memprihatinkan. Begitu pula ketidakmampuan pemerintah mendikte DPR agar
menyokong kenaikan harga BBM.
Jika kelemahan seperti itu tidak segera diatasi, banyak
masalah negara ini yang akan terus-menerus terbengkalai. Masyarakat pun
akan terombangombang oleh kebijakan pemerintah yang tak kunjung pasti.
--
I am using the free version of SPAMfighter.
We are a community of 7 million users fighting spam.
SPAMfighter has removed 648 of my spam emails to date.
Get the free SPAMfighter here: http://www.spamfighter.com/len
The Professional version does not have this message
Kunjungi situs INTI-net
http://groups.yahoo.com/group/inti-net
Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
http://tionghoanets.blogspot.com/
Tulisan ini direlay di beberapa Blog :
http://jakartametronews.blogspot.com/
http://jakartapost.blogspot.com
http://indonesiaupdates.blogspot.com
*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*
0 komentar:
Posting Komentar