Minggu, 06 Mei 2012

[inti-net] Tragedi Pelarangan Bedah Buku

 

http://www.metrotvnews.com/read/tajuk/2012/05/05/1126/Tragedi-Pelarangan-Bedah-Buku/tajuk

Tragedi Pelarangan Bedah Buku
Metro View | Sabtu, 5 Mei 2012 17:31 WIB

Suryopratomo
SALAH satu ukuran keberhasilan Indonesia dalam membangun demokrasi yang dipuji banyak negara adalah kebebasan berekspresi. Itulah yang salah satunya disampaikan Perdana Menteri Inggris David Cameron saat berkunjung ke Indonesia.

Dengan kebebasan berekspresi memang suasana dirasakan menjadi lebih ingar-bingar. Namun keriuhan itu baik untuk memunculkan berbagai pendapat dan pemikiran yang berkembang di tengah masyarakat. Pada akhirnya ide-ide itu akan memperkaya dan membawa kita ke dalam konsensus yang bermanfaat bagi bangsa.

Kita tentu kaget ketika muncul hal-hal yang bertentangan dengan kebebasan berekspresi. Apalagi pelarangan itu bukan didasarkan atas hal-hal yang rasional, tetapi atas prasangka yang tidak masuk akal.

Acara yang diselenggarakan di Teater Salihara adalah bedah buku karya perempuan penulis asal Kanada Irshad Manji. Komunitas Salihara ingin mengetahui pemikiran yang mendasari Manji untuk menulis buku berjudul, "Allah, Liberty, dan Love".

Tanpa mengetahui isi dari buku yang ditulis, Kapolsek Pasar Minggu, Kompol Adry Desas Puryanto meminta acara dibatalkan karena ia mendapat informasi bahwa acara diselenggarakan para waria. Ketika diketahui bahwa acaranya adalah bedah buku, maka pelarangan didasarkan oleh pembicara yang orang asing.

Yang lebih membuat kita prihatin adalah pelarangan didasarkan atas tekanan kelompok masyarakat tertentu. Polisi bukan mencoba memberikan penjelasan yang benar kepada kelompok masyarakat itu, tetapi justru ikut kepada tekanan kelompok yang intoleran.

Cara intimidasi yang dilakukan polisi, termasuk kepada penulis buku, jelas menimbulkan citra yang buruk. Padahal kalau memang dasar yang mereka pergunakan adalah aturan hukum, soal perizinan, maka pelarangan akan lebih elegan.

Namun kerusakan sudah terlanjur terjadi. Citra Indonesia sebagai negeri yang sedang membangun demokrasi, dirusak oleh sikap aparat penegah hukum dan kelompok masyarakat yang memaksakan kehendak. Cerita ini pasti akan cepat menyebar ke seluruh dunia.

Untuk merusak citra memang cukup dilakukan dalam waktu yang sekejap. Padahal untuk membangun persepsi bahwa kita negara yang mampu membangun demokrasi, bahkan menunjukkan kepada dunia bahwa demokrasi tidak berseberangan dengan Islam, membutuhkan waktu yang begitu panjang.

Sudah 14 tahun kita bersama-sama mencoba membangun sistem demokrasi. Dengan susah payah kita mencoba memberi pemahaman mengenai nilai-nilai demokrasi yang harus menjadi sikap dan perilaku kita. Secara bersamaan kita mencoba menunjukkan kepada dunia bahwa kita di dalam jalur yang benar dalam membangun demokrasi.

Dalam demokrasi yang harus menjadi dasar dari kita semua adalah kesetaraan. Nilai kebenaran tidak didasarkan oleh suara terbanyak, apalagi suara yang vokal. Kebenaran itu justru bisa datang dari mereka yang termarjinalkan. Negara harus hadir untuk membela mereka yang termarjinalkan itu.

Aparat negara seperti polisi seharusnya membela kelompok yang tidak berdaya. Bukan malah memberi kesempatan kepada kelompok tertentu untuk menunjukkan kekuatan, mengumbar kekerasan. Mereka dibiarkan untuk menyelesaikan perbedaan dengan pemaksaan.

Kalau kita ingin berhasil membangun demokrasi, maka kita harus meninggalkan cara kekerasan. Setiap perbedaan yang terjadi harus diselesaikan melalui dialog. Ketika proses dialog tidak membawa hasil, maka jalur hukumlah yang harus menjadi pegangan dalam penyelesaian persoalan.

Apa yang diperlihatkan di Teater Salihara berlawanan arah dengan upaya kita membangun demokrasi. Kalau kita biarkan semua ini berlalu begitu saja, maka kita tidak pernah akan bisa mencapai demokrasi seperti yang dicita-citakan.

Inilah yang seharusnya menjadi perhatian kita semua. Harus ada upaya yang sungguh-sungguh dari kita untuk meninggalkan cara-cara kekerasan. Apalagi kekerasan yang dilakukan aparat negara, yang seolah-olah menggunakan hukum, padahal mereka sedang mempertontonkan cara-cara yang melawan hukum.

Langkah yang mereka lakukan untuk menyelamatkan kehidupan bukanlah bukan seperti itu. Terapkanlah penegakan hukum sesuai aturan hukum yang memang seharusnya mereka tegakkan.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
Gabung di milis INTI-net, kirim email ke : inti-net-subscribe@yahoogroups.com

Kunjungi situs INTI-net   
http://groups.yahoo.com/group/inti-net

Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
http://tionghoanets.blogspot.com/

Tulisan ini direlay di beberapa Blog :
http://jakartametronews.blogspot.com/
http://jakartapost.blogspot.com
http://indonesiaupdates.blogspot.com


*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*
.

__,_._,___

ads

Ditulis Oleh : Gadget News and Reviews Hari: 13.45 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar