http://www.shnews.co/detile-1976-kebebasan-yang-tersandera.html
Kebebasan yang Tersandera
Setyo Pamuji | Jumat, 18 Mei 2012 - 15:01:43 WIB
(dok/ist)Seseorang dapat bebas tanpa kebesaran, tapi tak seorang pun dapat besar tanpa kebebasan. (Kahlil G).
Ungkapan Kahlil Gibran tersebut menggambarkan betapa penting kebebasan untuk kemajuan manusia. Tanpa sebuah kebebasan, manusia tak dapat mengekspresikan potensi dalam dirinya. Segala daya kreatif seseorang akan terpenjara ketika mereka tak diberi ruang kebebasan. Bahkan, kemampuan mereka akan terbonsaikan.
Apalagi, Indonesia adalah negara demokrasi. Semua orang memiliki kebebasan untuk menyampaikan aspirasi. Namun, hal tersebut harus tersandera dengan adanya pembubaran diskusi Irshad Manji, aktivis feminisme, di Jakarta dan Yogyakarta oleh sebagian masyarakat baru-baru ini.
Memang, status Irshad Manji yang dikenal sebagai aktivis gender, bahkan dituding sebagai tokoh penggerak lesbianisme sangat tak pantas ditiru di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih memiliki norma-norma agama dan sosial yang sangat memperhatikan peradaban manusia. Manusia diposisikan sebagai makhluk yang memiliki derajat tinggi dan tak pantas berbuat di luar sunnatullah, seperti cinta sesama jenis (lesbianisme atau homoseksual).
Irshad Manji dirasa tak pantas berbicara di Indonesia. Irshad Manji tak seharusnya diberikan ruang untuk mengampanyekan praktik lesbian di Indonesia. Namun, sebagai seorang akademikus, tentu hal tersebut sangat disayangkan. Akademis adalah mimbar untuk berbicara dan berpikir secara bebas. Selain itu, Islam sangat menghargai akal.
Posisi Akal
Dalam buku Islam Rasional karya Harun Nasution (1996), dijelaskan posisi akal manusia dalam pandangan teologi. Harun berpendapat bahwa agama Islam sebenarnya sangat menghargai akal. Alquran dan Hadis sangat menekankan akal. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kata yang menyebutkan akal dalam kitab tersebut.
Menurut catatan Harun, ada kata ya'qilu (memakai akal) terdapat 48 ayat. Kata Nazhara (melihat secara abstrak) ada 30 ayat. Dalam bahasa Indonesia kata ini menjadi nalar, penalaran dan sebagainya. Selain itu, ada 19 ayat yang menyebutkan kata tafakkara (berpikir).
Selanjutnya, terdapat kata fahima yang mengharuskan untuk menggunakan akal, untuk memahami sesuatu dengan menggunakan akal. Kata faqiha yang mensyaratkan penggunaan akal, terdapat 16 ayat. Di dalam Alquran juga dijumpai kata tadzakkara (memperhatikan, mempelajari) dalam 40 ayat.
Selain dari kata-kata di atas terdapat pula di dalam Alquran kata ulu al-bab (orang berpikir), ulu al-ilm (orang berilmu), ulul al-abshar (orang berpandangan), dan ulu al-nuha (orang bijaksana). Semua kata tersebut merupakan sebutan yang memberi sifat berpikir yang terdapat pada manusia.
Kaya ayah, yang dalam bahasa Indonesia menjadi "ayat", mempunyai hubungan yang erat sekali dengan pekerjaan berpikir. Arti asli dari kata ayah ialah "tanda". Ayah dalam arti ini kemudian dipakai untuk fenomena alam, yang banyak disebut dengan ayat al-kawniyah, yaitu ayat Alquran yang membicarakan fenomena alam.
Tanda, yang ditangkap dengan indra, mempunyai arti abstrak yang terletak di dalamnya. Tanda itu harus diperhatikan, diteliti, dipikirkan dan direnungkan untuk memperoleh arti abstrak yang terletak di belakangnya itu.
Dengan demikian, bukan semata kalangan akademikus yang lebih mengedepankan akal untuk berpikir, namun juga dalam kitab suci agama Islam. Islam mengajarkan untuk berbuat sesuatu dengan cara diteliti dahulu, bukan lantas menghakiminya.
Sebenarnya, diskusi dengan Irshad Manji adalah suatu kesempatan yang sangat baik untuk membuktikan Islam agama yang rasional dan beradab. Apalagi, dari diskusi itu ada kesempatan untuk menyadarkan Irshad Manji guna tak lagi mempraktikkan, bahkan menyebarkan gagasannya yang tak manusiawi dalam pandangan masyarakat Indonesia. Hal itu jauh lebih bermanfaat, ketimbang memusuhi Irshad Manji di Indonesia.
Pasalnya, Irshad Manji tetap akan menyebarkan gagasannya ini di mana pun ketika ada jalan. Ini tentu berbahaya bagi umat manusia, khususnya saudara-saudara Islam di negara lain. Ini semua akan terjadi ketika kita berkenan membuka diri untuk mendengarkan pemikiran orang lain.
Selain itu, ketika masyarakat Indonesia, apalagi mahasiswa membubarkan diskusi tersebut dengan alasan takut terpengaruh oleh pemikiran liberal, membuat penulis teringat pada abad kegelapan di Eropa.
Pada masa abad pertengahan itu, ilmu pengetahuan dibonsai, karena takut dengan doktrin Gereja. Bahkan, para ilmuwan diancam dibunuh ketika menyebarkan tesisnya. Hal itu tentu saja membuat mandek kemajuan umat waktu itu. Akankah semua itu harus terulang lagi? Bukankah Allah maha benar dan penulis yakin Allah tak akan takut untuk dicari kebenarannya.
Antitesis
Buah pikir Irshad Manji memang sedang aktualnya didiskusikan saat ini. Ada yang setuju dengan pemikirannya, ada pula yang tak sependapat dengan pikirannya. Sebenarnya hal yang biasa ketika ada orang yang bersikap setuju atau tidak pada pemikiran orang lain. Namun, yang membuat polemik, sekaligus dianggap menodai kebebasan adalah pembubaran diskusi Irshad Manji oleh beberapa gerakan masyarakat.
Sebagai negara demokrasi, tak sepantasnya pembubaran diskusi tersebut dilakukan. Apalagi, hal itu terjadi di kalangan akademis. Tentu, ini sedikit memunculkan stigma buruk pada kalangan akademis yang dikenal sebagai mimbar kebebasan dalam berpikir. Apalagi, pemerintah telah menjamin kebebasan untuk berkumpul, berserikat dan mengemukakan pendapat. Ini perlu diperhatikan.
Sebagai kalangan akademis, seharusnya pembubaran diskusi tersebut tak perlu terjadi. Sivitas akademikanya seharusnya mampu mempraktikkan mimbar kebebasan berpikir dalam akademis. Jika mereka tak menyetujui pendapat orang lain bukan lantas terburu-buru untuk demonstrasi, namun perlu ada pengkajian bersama dahulu.
Toh, jika memang tesis Irshad Manji benar-benar melenceng dari kaidah Indonesia, bahkan Islam, yang harus diperbuat adalah menyusun sebuah antitesis untuk melawan gagasan Irshad Manji, bukan menutup diri. Ini yang dikatakan mengedepankan kebebasan akal daripada okol (otot).
*Penulis adalah pegiat di Komunitas Penulis Bibliopolis Surabaya.
(Sinar Harapan)
BERITA TERKAIT
[Non-text portions of this message have been removed]
Kunjungi situs INTI-net
http://groups.yahoo.com/group/inti-net
Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
http://tionghoanets.blogspot.com/
Tulisan ini direlay di beberapa Blog :
http://jakartametronews.blogspot.com/
http://jakartapost.blogspot.com
http://indonesiaupdates.blogspot.com
*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*
CLICK Here to Claim your Bonus $10 FREE !
http://adv.justbeenpaid.com/?r=kQSQqbUGUh&p=jsstripler5
0 komentar:
Posting Komentar