Ref: "Mungkin soal bahasa, karena bahasanya Rusia", Bagaimana dengan: "karena bahasanya Indonesia"? Pilot yang menerbangkan pesawat keluar negeri tentunya selain kemahiran mengemudi pesawat terbang harusjuga menguasai bahasa international "ingles" untuk bisa berkomunikasi dengan ATC berbagai lapangan terbang di luarnegeri.
Hingga kini belum diberitakan ditemukan flight recoder yang memberikan signal posisinya. Kalau sudah ditemukan akan lebih banyak hal bisa diketahui, selama ini hanya spekulasi dari petinggi NKRI. Mudah-mudahan flight recoder tidak dibawa lari oleh tikus atau ditelan macan tutul.
http://epaper.tempo.co/PUBLICATIONS/KT/KT/2012/05/13/ArticleHtmls/KOMUNIKASI-ATC-PILOT-KUNCI-PETAKA-SUKHOI-13052012001021.shtml?Mode=0
KOMUNIKASI ATC-PILOT KUNCI PETAKA SUKHOI
JAKARTA
"Mungkin soal bahasa, karena bahasanya Rusia."
Komunikasi antara petugas di menara pemandu lalu lintas udara atau air traffic control (ATC) dan pilot diduga kuat menjadi kunci penyebab jatuhnya Sukhoi Superjet 100 RA-36801 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Penasihat Federasi Pilot Indonesia, Manotar Napitupulu, menduga Sukhoi menabrak tebing gunung akibat menurunkan ketinggian di luar daerah aman. "Kuncinya adalah komunikasi antara pilot dan petugas di ATC SoekarnoHatta," kata dia kemarin.
Pilot Sukhoi asal Rusia bernama Alexandr Yablontsev, pada menit ke-21 setelah lepas landas pada pukul 14.12 Rabu lalu, dalam kontak terakhir meminta izin turun dari ketinggian 10 ribu kaki ke 6.000 kaki. Menara pemandu lalu lintas udara (ATC) Bandara Soekarno-Hatta mengizinkan pilot menurunkan ketinggian karena pesawat sedang berada di atas kawasan Pangkalan Udara Atang Sanjaya, Bogor. Kawasan tersebut memang aman hingga radius 25 mil. "Ada radius maksimal yang harus ditaati," kata Manotar.
Problem komunikasi ini juga menjadi perhatian Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Hery Bakti. Ia tak mau berspekulasi tentang penyebab jatuhnya Sukhoi, dan menyerahkannya kepada hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Namun ia menyatakan faktor bahasa punya andil. "Mungkin soal bahasa, karena bahasanya Rusia," kata dia.
Manotar curiga ada selisih waktu antara permintaan dari pesawat dan pemberian izin dari petugas ATC. Bisa jadi, kata dia, pilot turun mendahului konfirmasi dari ATC. Atau sebaliknya, izin turun diberikan setelah Sukhoi keluar dari wilayah aman dan berakibat kecelakaan. Itu sebabnya, kata dia, komunikasi ATCpilot harus aktif."Pilot tidak bisa begitu saja mengandalkan ATC, begitu juga sebaliknya," kata dia.
Artinya, kata dia, jika pilot meminta turun, seharusnya ATC menanyakan bagaimana pandangan visual dari pilot.
Menurut Manotar, jika pilot melihat kejanggalan, seharusnya dia memberi tahu ATC agar dipandu mencari tempat aman.
Sebelumnya, Ketua KNKT Tatang Kurniadi menyatakan telah memegang dokumen percakapan antara pilot dan ATC.
Namun ia belum bisa menjelaskan isinya."Nantilah."
Sukhoi Superjet 100 RA 36801 berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma untuk terbang demo pada pukul 14.12, Rabu, 9 Mei lalu. Pesawat hilang kontak sekitar pukul 14.33. Saat hilang, pesawat ada di daerah Gunung Salak, perbatasan Kabupaten Bogor dengan Sukabumi, Jawa Barat. Pesawat mengangkut 37 penumpang dan 8 kru Sukhoi warga negara Rusia. Dari 37 penumpang, 35 adalah warga negara Indonesia, satu orang Prancis, dan seorang lagi dari Amerika Serikat.
SYAILENDRA | ANGGA SUKMA WIJAYA | SUNUDYANTORO
[Non-text portions of this message have been removed]
Kunjungi situs INTI-net
http://groups.yahoo.com/group/inti-net
Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
http://tionghoanets.blogspot.com/
Tulisan ini direlay di beberapa Blog :
http://jakartametronews.blogspot.com/
http://jakartapost.blogspot.com
http://indonesiaupdates.blogspot.com
*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*
http://adv.justbeenpaid.com/?r=kQSQqbUGUh&p=jsstripler5
0 komentar:
Posting Komentar